Pages

Jumat, 28 Oktober 2011

Individu, Keluarga dan Masyarakat


Aku. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku juga seorang perempuan. Ya dirumah yang laki-laki hanya ayahku. Tapi ayahku pun tidak tinggal disini. Ia bekerja di Kalimantan. Yah jauh memang. Tapi memang sudah tugasnya dia bekerja di luar di luar kota. Dan demi sesuap nasi dan sebongkah berlian haha ngaco banget aku. Ayah pulang kalau anak-anaknya libur sekolah biasanya. Tapi aku sayang banget lho sama dia dan menjadi motivasiku untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Karena kasihan ia sudah bekerja jauh-jauh berpisah dengan keluarga demi menyekolahkan aku dan adikku setinggi-tingginya.

Terkadang aku kangen banget sama ayah. Terkadang aku iri sama teman-teman yang lain, kenapa yang lain keluarganya selalu lengkap, kalu pergi kemana mana selalu bersama. Pergi bersama ayah, ibu adik atau kakak. Mereka selalu berbagi canda tawa tangis dan kesedihan bersama dengan keluarganya yang lengkap. Tapi ya mau bagaimana lagi, memang ini sudah jalannya. Oh iya walaupun jauh, tapi hati kami sekeluarga selalu dekat kok. Kami selalu berhubungan lewat apapun. Lewat telepon dan email.
Orang yang bilang kami seperti bukan kakak adik. Yang jelas adikku itu lebih percaya diri, lebih supel, dan lebih cerewet. Ya tidak heran kalau waktu itu dia juara 1 lomba pidato bahasa inggris, dan dia sering sekali ditunjuk untuk membawakan acara.

Adikku itu pandai sekali bergaul. Padahal anaknya jutek banget. Tapi banyak sekali temannya. Di lingkungan sekitar rumah, orang-orang mengira ibuku hanya memiliki anak adikku saja. Karena aku jarang bergaul dan keluar rumah. Jadi ketika ada tetangga datang ke rumah, mereka baru tahu kalau ibu mempunyai anak, aku. Haha ga famous banget ya aku?
Oh iya aku tinggal di sebuah perumahan di daerah Bekasi Utara. Rumahku dekat sekali dengan pasar, jadi kalo butuh jajan tinggal loncat saja sampai di pasar.
Di sekitar rumahku, aku memiliki tetangga yang bermacam-macam. Ada salah seorang tetanggaku yang mengalami cacat fisik dan mental. Dia seumuran denganku. tapi entah mengapa dia jarang sekali keluar untuk bersosialisasi dengan tetangga. jadi dia hanya dikurung saja dalam rumah.
padahal anak seperti itu, walaupun fisik dan mentalnya sakit, tetapi hatinya kan tidak sakit. anak-anak seperti itu justru butuh banyak bersosialisasi agar dirinya merasa tidak berbeda dengan orang lain.
tapi mau bagaimana lagi, walaupun tetangga sudah banyak yang bilang tapi orang tuanya tetap mengurungnya. sebenarnya kasihan sekali. setiap hari ia menendang-nendang pintu keras sekali. mungkin itu cara dia mengekspresikan emosinya karena hanya dikurung saja dalam rumah.

mungkin itu saja yang bisa aku ceritakan kepada kalian. maaf ya kalau ada salah kata. dadaahhh :)

0 komentar:

Posting Komentar